Selasa, 08 September 2020

New Normal : ‘’Disruption’’ Ala Corona

 

Semenjak adanya Corona, kehidupan kita mulai beradaptasi yaitu kehidupan dengan adaptasikebiasaan baru (New Normal). Berbagai kegiatan harus bertema new normal seperti memakai masker, berjarak, hingga berimigrasinya kita ke dunia dalam jaringan.

Dunia dalam jaringan tak bisa terpisahkan dari digital. Semua lini aktivitas mulai digitalisasi, mulai dari pendidikan dengan belajar via daring, belanja online dengan aplikasi digital, hingga pelayanan pemerintahan juga ikut bertranformasi ke digitalisasi.

Sebenarnya, digitalisasi sudah berdampingan dalam kehidupan kita sejak era smartphone datang. Hanya saja masih jarang orang yang memanfaatkannya. Orang-orang masih latah dengan kemajuan digital. Belanja online, kuliah online, hingga ojek online terasa asing di telinga kita. Padahal digitalisasi sangat membantu efesiensi semua kegiatan.

Respon lambat dari kemajuan digital membuat orang-orang semakin latah. Rhenaldi Kasali menyebutkan era digitalisasi sudah tumbuh subur pada abad 21 namun sangat berlawanan dengan mindset kebanyakan orang yang tak kunjung sadar adanya perubahan karena digitalisasi.

Adanya corona, mempercepat orang-orang untuk digitalisasi. Sebuah kebiasaan baru dalam Era Internet of Things.

‘’Tak ada yang tak bisa diubah sebelum dihadapi, motivasi saja tidak cukup.’’

Sadar atau tidak, kita sekarang tak sekadar menjalani new normal, kita juga sedang mulai melek dengan disruption. Sebuah istilah yang menjadi momok para pebisnis karena adanya perubahan berbagai sector karena digitaliasi.

Masih tentang Rhenaldi Kasali dalam bukunya disruption, ia mengatakan disruption bukan saja teori, tetapi evolusi menjadi strategi yang vital dan menuntut mindset baru. Dalam penerapannya, disruption akan bertarung melawan berbagai kepentingan, alasan, kekuatan, dan cara pikir lama.

Banyak pihak, termasuk pemerintah latah akan disruption. Respon yang lambat hingga keputusan yang asal ada. Terlihat dari kebijakan yang tumpah tindih, hingga pajak dadakan untuk para influencer, olshop, dan pelaku-pelaku bisnis digital lainnya.

Kini perubahan terjadi cepat dan besar-besaran. Bisa jadi karena danya Corona. Semua masyarakat hingga pemerintah mau tidak mau sadar akan disruption dan menghadapinya secara nyata.

Senin, 13 Januari 2020

Nasihat Uang yang Berbahaya



Saya menulis ulang dari pengalaman seorang anak berusia 9 tahun yang telah mengambil keputusanya soal uang. Namanya Robert T. Kiyosaki, ia mempunyai dua ayah. Ayah miskin lulusan universitas dan ayah kaya terkaya di Hawai.

Sekarang ia sudah berumur 50 tahun dan sudah pensiun. keprihatinanya  tentang anak-anak sekarang yang tak melek finansial, memotivasinya menerbitkan buku tentang apa sebenarnya pendidikan keuangan? . Dalam bukunya itu ia menulis nasihat uang yang berbahaya.

“Pergilah ke sekolah, belajarlah dengan rajin, raihlah ringking yang tinggi, dan carilah pekerjaan yang aman dan terjamin”.

Mengapa berbahaya?

Nasihat itu terlalu kuno dengan dunia yang terus bergerak. Mereka yang bersekolah mempelajari masalah-masalah dari seperangkat aturan yang lambat mengejar pergerakan dunia. masalah yang dipelajari berbeda dari apa yang akan mereka hadapi. Nasihat itu terlalu berisiko tinggi.

Misalkan saja ketika suatu perusahaan mengumumkan perampingan, mereka mengambil keputusan PHK untuk semua karyawan termasuk siswa yang lulus sekolah dan bekerja di tempat itu. 
Apa akibatnya? Keluarga menderita, pengangguran meningkat.

Berbeda sekali dengan nasib para orang kaya, ia menggunakan aturan yang berbeda. ketika perusahaan melakukan perampingan, nilai sahamnya yang terdaftar di bursa efek naik karena berkurangnya beban tenaga kerja. Dampaknya, para orang pemegang saham semakin kaya. Ketika perampingan terjadi. investor akan menang atau untung sedangkan karyawan kalah atau rugi.

Perlu adanya perbaikan

Setiap anak membutuhkan lebih banyak pendidikan. Tentunya yang berbeda dari apa yang diberikan sekolah. Bisa melalui keluarga, bisa melalui lingkunganya. Semua anak perlu disiapkan untuk menghadapi dunia ketika lulus terutama aturan yang berbeda tentang uang.

Ada banyak aturan tentang uang, 95% aturan sudah biasa dimainkan oleh bukan orang kaya di rumah dan di sekolah sedangkan seperangkat aturan yang berbeda sebesar 5% dimainkan oleh orang kaya. Oleh karena itu, berbahaya untuk cuma mengatakan pada anak “Belajarlah yang rajin dan carilah sebuah pekerjaan yang bagus”. Zaman sekarang membutuhkan hal yang lebih canggih terutama pola pikir orang kaya.

Pesan dari ayah kaya dan ayah miskin.

Ada dua perbedaan besar antara  kedua ayahnya tentang aturan uang. 
Ayah miskin berkata 
“Belajarlah yang giat sehingga kamu dapat menemukan sebuah perusahaan yang baik untuk bekerja”
 Sedangkan ayah kaya berpesan
“Belajarlah yang giat sehingga kamu menemukan perusahaan yang baik untuk kamu beli”.
Ayah miskin berkata “kita tidak bisa membeli itu” sedangkan ayah kaya berpesan “Bagaimana cara membelinya”. Keduanya sama-sama mengajarkan cara mendapatkan uang namun dengan sudut yang berbeda. Ayah miskin menggunakan cara pernyataan, melepaskan dari kesulitan sedangkan ayah kaya dengan pertanyaan yang merangsang otak untuk berpikir.

Ayah Kaya tidak bertujuan agar fanatik dapatkan atau membeli sesuatu yang diinginkan. Dia fanatik akan komputer tercanggih yaitu otak manusia. Ia berkata “Otak saya semakin kuat setiap harinya, karena saya melatihnya, pernyataan tidak bisa membeli sama saja kemalasan melatih otak. Kemalasan menurunkan kesehatan dan juga kemakmuran”.

Bab 1 selesai.

#ODOPBatch7 #onedayonepost

Sumber referensi
Robert T. Kiyosaki Rich Dad Poor Dad. Pdf